PERCOBAAN III
PENENTUAN KESADAHAN TETAP
I.
TUJUAN
Adapun tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk menentukan derajat kesadahan dari tiga
sampel air, yaitu air laut air galon dan air sumur.
II.
DASAR TEORI
Kesadahan
atau
hardness
adalah salah satu sifat kimia
yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya
ion-ion Ca2+ Mg2+. Atau dapat
juga disebabkan karena adanya ion-ion
lain dari
polyvalent
metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe,
Mn, Sr dan Zn
dalam
bentuk
garam sulfat, klorida
dan
bikarbonat dalam
jumlah kecil.
Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki
kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium
dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode
paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak,
sabun akan menghasilkan busa
yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat
per volume
(w/v) dari CaCO3.
Kesadahan
merupakan petunjuk kemampuan air
untuk membentuk busa
apabila dicampur
dengan sabun. Pada
air berkesadahan rendah, air akan
dapat
membentuk busa apabila dicampur
dengan
sabun, sedangkan pada
air berkesadahan
tinggi
tidak akan terbentuk busa.
Disamping itu, kesadahan
juga merupakan
petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana sabun ini diiendapkan oleh
ion-ion Ca2+, Mg2+.
Karena
penyebab dominan/utama kesadahan
adalah Ca2+ dan Mg2+,
khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang
menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion
Ca2+ dan Mg2+,
yang
dinyatakan sebagai CaCO3.
Kesadahan tetap dalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam
klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Kesadahan tetap
dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda–kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida) sehingga
terbentuk
endapan
kalium karbonat (padatan/endapan) dan
magnesium hidroksida
(padatan/
endapan) dalam air.
Reaksinya:
- CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3(s)+ 2 NaCl(aq)
- CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3(s) + Na2SO4(aq)
-
MgCl2 +
Ca(OH)2 → Mg(OH)2(s) + CaCl2(aq)
- MgSO4
+ Ca(OH)2 → Mg(OH)2(s) + CaSO4(aq)
Ketika kesadahan kadarnya adalah lebih besar dibandingkan penjumlahan
dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, yang kadar kesadahannya eqivalen
dengan total kadar alkali disebut “ kesadahan karbonat; apabila kadar kesadahan
lebih dari ini disebut “kesadahan non-karbonat”. Ketika kesadahan kadarnya sama
atau kurang dari penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua
kesadahan adalah kesadahan karbonat dan kesadahan noncarbonate tidak ada.
Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke ratusan miligram per liter, bergantung
kepada sumber dan perlakuan dimana air telah subjeknya (Annisa, 2008).
III.
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah sebagai berikut:
a.
Alat
·
Erlenmeyer 250
mL
·
Statif dan klem
·
Buret 25 mL
·
Pipet tetes
·
Gelas ukur 25 mL
dan 100 mL
·
Corong
·
Kertas saring
·
Botol semprot
·
Stopwatch
·
Penangas listrik
b.
Bahan
·
Larutan H2SO4
0,1N
·
Indikator metil
orange
·
Indikator pp
·
Larutan Na2CO3
0,1N
·
Larutan NaOH
·
Aquades
·
Sampel air laut
·
Sampel air sumur
·
Sampel air galon
IV.
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Memasukkan
larutan Na2CO3 0,1N dan larutan NaOH 0,1N ke dalam labu
ukur masing-masing 10 mL dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian mengencerkan
larutan tersebut dengan menambahkan aquades hingga 100 mL. Setelah itu, menghomogenkan
larutan tersebut.
2. Mengambil 50 mL
larutan di atas dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan
dengan larutan indikator metil orange. Setelah itu menitrasi larutan tersebut
dengan larutan H2SO4 0,1N yang telah dimasukkan ke dalam
buret. Kemudian mengamati volume H2SO4 yang digunakan
hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Dimana volume ini adalah
volume dari blanko.
3. Mengukur 50 mL
air sumur dan memasukkan ke dalam gelas kimia kemudian memanaskannya selama +
10 menit.
4. Mendinginkan
larutan tersebut kemudian menambahkan larutan NaOH 0,1N dan Na2CO3
0,1N masing-masing 10 mL. Setelah itu memanaskannya hingga volumenya berkurang +
20 mL lalu mendinginkannya.
5.
Menyaring
larutan tersebut hingga terpisah antara filtrat dan residunya. Kemudian
menambahkan indikator pp pada residu dan mengamati perubahan yang terjadi. Dan
untuk filtratnya diencerkan hingga volumenya 100 mL.
6.
Memisahkan
larutan tersebut ke dalam 2 buah erlenmeyer masing-masing 50 mL. Kemudian
menambahkan dengan larutan indikator metil orange.
7.
Menitrasi kedua
erlenmeyer tersebut dengan larutan H2SO4 0,1N dan
mencatat volume H2SO4 yang digunakan.
8.
Mengulangi
perlakuan 3 – 7 dengan menggunakan sampel air laut dan air galon.
V.
HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
2
3
4
|
a)
Na2CO3 0,1N
+ NaOH 0,1N
b)
Na2CO3 0,1N
+ NaOH 0,1N diencerkan hingga 100 mL
(Pembuatan
blanko)
c) Ditambahkan
metil orange
d) Dititrasi
dengan H2SO4 0,1N
-
Vol H2SO4
(blanko)
a) Air
sumur (dipanaskan) lalu didinginkan
b)
Ditambahkan NaOH 0,1N + Na2CO3
0,1 N (masing-masing 10 mL)
c)
Dipanaskan kembali hingga larutan
menjadi 40 mL, lalu didinginkan
d)
Disaring
-
Residu + indikator pp
-
Filtrat diencerkan 100mL
e) Filtrat
dibagi ke dalam 2 erlenmeyer dan ditambahkan indikator metil orange
f) Dititrasi
dengan H2SO4 0,1N
-
Titrasi erlenmeyer 1
-
Titrasi erlenmeyer 2
a) Air
galon (dipanaskan) lalu didinginkan
b) Ditambahkan
NaOH 0,1N + Na2CO3 0,1 N (masing-masing 10 mL)
c)
Dipanaskan kembali hingga larutan
menjadi 40 mL, lalu didinginkan
d)
Disaring
-
Residu + indikator pp
-
Filtrat diencerkan 100mL
e) Filtrat
dibagi ke dalam 2 erlenmeyer dan ditambahkan indikator metil orange
f) Dititrasi
dengan H2SO4 0,1N
-
Titrasi erlenmeyer 1
-
Titrasi erlenmeyer 2
a) Air
laut (dipanaskan) lalu didinginkan
b) Ditambahkan
NaOH 0,1N + Na2CO3 0,1 N (masing-masing 10 mL)
c)
Dipanaskan kembali hingga larutan
menjadi 40 mL, lalu didinginkan
d)
Disaring
-
Residu + indikator pp
-
Filtrat diencerkan 100mL
e) Filtrat
dibagi ke dalam 2 erlenmeyer dan ditambahkan indikator metil orange
f) Dititrasi
dengan H2SO4 0,1N
-
Titrasi erlenmeyer 1
-
Titrasi erlenmeyer 2
|
- Larutan
bening
- Larutan
bening
-
Larutan menjadi kuning
-
Larutan berubah menjadi merah
muda
-
8,1 mL
-
Larutan bening
-
Larutan bening
-
Larutan keruh dan terbentuk
endapan putih
-
Filtrat dan residu
-
Endapan menjadi merah muda
-
Larutan bening
-
Larutan berwarna kuning
-
Larutan menjadi merah muda
-
7,5 mL
-
7,5 mL
-
Larutan bening
-
Larutan menjadi keruh
-
Larutan keruh dan terbentuk
endapan putih
-
Filtrat dan residu
-
Endapan menjadi merah muda
-
Larutan bening
-
Larutan berwarna kuning
-
Larutan menjadi merah muda
-
3,3 mL
-
2,2 mL
-
Larutan bening
-
Larutan menjadi keruh
-
Larutan keruh dan terbentuk
endapan putih
-
Filtrat dan residu
-
Endapan menjadi merah muda
-
Larutan bening
-
Larutan berwarna kuning
-
Larutan menjadi merah muda
-
3,3 mL
-
2,2 mL
|
·
Persamaan
Reaksi
1. Ca(HCO3)2 → CO2(g) + H2O(aq)
+ CaCO3(s)
Mg(HCO3)2 → CO2(g) + H2O(aq)
+ MgCO3(s)
2. CO2 + 2NaOH → 2Na+ + CO32-
+ H2O
Ca2+ + 2(HCO3) +
2NaOH → CaCO3(s) + 2Na+ + CO32-
+
2H2O
Mg2+ + 2(HCO3) +
4NaOH → Mg(OH)2(s) + 4Na+ +
2CO32- +
2H2O
3. Ca2+ + SO42-
+ Na2CO3 →
CaCO3(s) + 2 Na+
+ SO42-
Ca2+ + 2 Cl-
+ Na2CO3 → CaCO3(s) + 2Na+ +
2Cl-
Ca2+ + 2NO3-
+ Na2CO3 → CaCO3(s) + 2Na+
+ 2NO3-
Mg2+ + SO42-
+ Na2CO3 → MgCO3(s)
+ 2Na+ + SO42-
Mg2+ +2Cl-
+ Na2CO3 → MgCO3(s) + 2Na+ +
2Cl-
Mg2+ + 2NO3-
+ Na2CO3 → MgCO3(s) +
2Na+ +2NO3-
4. 2CaCO3 + H2SO4 → 2Ca2+
+ 2(HCO3-) + SO42-
Mg(OH)2 + H2SO4 → Mg2+
+ SO42- + 2H2O
·
Perhitungan
a.
Menghitung
volume rata-rata H2SO4
·
Untuk sampel Air
sumur

·
Untuk sampel Air
laut

·
Untuk sampel Air
galon

b. Menghitung
kesadahan tetap
·
Sampel air sumur
kadar = | Vblanko – Vsampel | x 2 x 0,005 x 1000
ppm CaCO3
=
| 8,1mL – 7,5mL | x 2 x 0,005 x 1000 ppm CaCO3
=
6,0
ppm CaCO3
·
Sampel air laut
kadar = | Vblanko – Vsampel |
x 2 x 0,005 x 1000 ppm CaCO3
= | 8,1mL – 2,75mL | x 2
x 0,005 x 1000 ppm CaCO3
= 53,5 ppm CaCO3
·
Sampel air galon
kadar
= | Vblanko – Vsampel |
x 2 x 0,005 x 1000 ppm CaCO3
=
| 8,1mL – 7,9mL | x 2 x 0,005 x 1000 ppm CaCO3
=
1,5
ppm CaCO3
VI.
PEMBAHASAN
Kesadahan
atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Kesadahan tetap dalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam
klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Kesadahan tetap
dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda–kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida) sehingga
terbentuk
endapan
kalium karbonat (padatan/endapan) dan
magnesium hidroksida
(padatan/endapan) dalam air. (Prabowo, 2008).
Percobaan
ini dilakukan bertujuan untuk menentukan
derajat kesadahan dari sampel air. Dimana sampel air yang
diteliti yaitu sampel air sumur, air laut dan air galon.
Pada
percobaan ini, sampel air yang diteliti yaitu sampel air sumur, air laut dan
air galon. Pada perlakuan awal yaitu memasukkan masing-masing 50 ml sampel air
kedalam gelas kimia kemudian memanaskannya di atas
penangas selama 10 menit. Tujuan dilakukan pemanasan pada sampel selama 10 menit yaitu untuk menghilangkan sifat
kesadahan sementara yang dimiliki oleh sampel air yang ditandai dengan terbentuknya
endapan CaCO3 yang berasal dari Ca(HCO3)2 dan
endapan MgCO3 yang berasal dari Mg(HCO3)2.
Selain itu proses pemanasan ini
membentuk
gas karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Setelah
itu, mendinginkan sampel + 5 menit lalu menambahkan 10 mL larutan NaOH 0,1 N dan 10 mL larutan Na2CO3
0,1 N ke dalam sampel. Pada saat pemanasan terlihat sampel air berubah menjadi
lebih keruh. Adapun fungsi penambahan
larutan NaOH yaitu untuk mengendapkan ion Ca2+ dan ion Mg2+ menjadi Ca(OH)2
dan Mg(OH)2. Sedangkan fungsi dari penambahan larutan Na2CO3
yaitu untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+ (yang belum
terendapkan ketika pemanasan pertama berlangsung dan pada saat penambahan larutan NaOH),
menjadi CaCO3 dan MgCO3.
Perlakuan selanjutnya yaitu memanaskan kembali setiap sampel hingga volumenya berkurang (menguap) sekitar 20 ml. Pemanasan kedua ini bertujuan untuk mengendapkan ion
Na+ yang terkandung di dalam campuran yang berasal dari larutan NaOH
dan larutan Na2CO3. Berdasarkan literatur, semakin sedikit volume yang
digunakan maka, semakin jelas endapan yang terbentuk dan semakin banyak
terkandung unsur-unsur Ca2+ dam Mg2+ dan unsur-unsur
lainnya terlepas ke udara. Setelah itu, mendinginkannya lalu menyaring ketiga
sampel tersebut. Tujuan penyaringan tersebut yaitu untuk memisahkan filtrat dari residu. Dimana
filtrat yang diperoleh tersebut ditampung di dalam labu ukur. Kemudian residu
yang
ada di kertas saring dicuci dengan
aquades yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan ion Na+ yang
merupakan ion golongan alkali. Perlakuan selanjutnya yaitu menambahkan
indicator PP pada residu. Penambahan
indikator PP pada perlakuan ini yaitu untuk mengetahui sifat keasaman dari
residu yang yang terbentuk.
Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu residu berubah warna menjadi warna merah
muda
yang artinya residu yang terbentuk
merupakan residu yang bersifat basa. Hal tersebut sesuai dengan literatur,
dimana logam-logam alkali pada umumnya bersifat basa.
Perlakuan selanjutnya yaitu filtrat dari
masing-masing sampel yang tertampung pada labu ukur, diencerkan hingga 100 mL.
Dan diperoleh masing-masing sampel berwarna bening. Setelah itu, membagi masing-masing
sampel ke dalam 2 buah erlenmeyer dengan volume 50 mL dan menambahkan 3 tetes
metil orange. Pada perlakuan ini digunakan indikator metil orange
karena pada indikator metil orange memiliki trayek pH pada suasana asam sekitar 3,1-4,4 dengan perubahan warna dari kuning menjadi orange. sedangkan
pada indikator PP untuk menguji larutan yang bersifat basa karena
indicator PP memiliki trayek pH 8,6-10,0 dengan perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Pada perlakuan
ini titik akhir titrasi berada pada suasana asam sehingga digunakan metil orange
pada percobaan untuk menguji kation
asamnya. Pada masing-masing sampel air, yang awalnya bening berubah menjadi
kuning
setelah ditambahkan dengan metil orange.
Kemudian 25 ml sampel tersebut dititrasi dengan H2SO4
0,1N. Pada semua sampel air, terjadi
perubahan warna larutan dari warna
kuning menjadi orange. Pada percobaan ini proses titrasi sampel air dilakukan sebanyak 2 kali
agar data yang diperoleh lebih akurat
(Anonim, 2008).
Pada percobaan ini, juga dilakukan pembuatan larutan
blangko
dimana fungsi larutan blangko ini
yaitu
sebagai larutan pembanding. Larutan blanko
adalah larutan tidak berisi analit atau sampel yang akan diuji. Cara membuat larutan blangko pada percobaan ini
yaitu mengukur 10 mL NaOH 0,1N dan 10
mL Na2CO3 lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas. Tujuan dilakukan pengenceran yaitu agar konsentrasi campuran
NaOH dan Na2CO3 menjadi lebih kecil sehingga memudahkan untuk melakukan
proses titrasi. Hasilnya larutan menjadi berwarna bening. Lalu, menambahkan
dengan indikator metil orange, blangko
menjadi berwarna kuning. Penambahan indikator metil orange bertujuan untuk
menandai titik akhir titrasi. Ketika blangko dititrasi dengan H2SO4
0,1N blangko berubah warna dari kuning menjadi berwarna orange. Adapun volume
blanko yang diperoleh yaitu 8,1 mL. Dalam hal ini H2SO4 merupakan titran yang cocok untuk menentukan
kadar batu kapur dalam air, karena selain memiliki kemurnian yang tinggi H2SO4
merupakan suatu senyawa yang mempunyai sifat asam kuat yang memiliki kemampuan
besar mengikat Ca2+ dan Mg2+ sehingga membentuk sulfat (SO42-), dimana
kita ketahui kesadahan tetap di sebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl),
Nitrat (NO-) dan sulfat (SO42-) dari kalsium dan magnesium (Annisa, 2010).
Dari percobaan di atas, diperoleh
volume rata-rata H2SO4 yang digunakan untuk tiap sampel
yaitu, untuk titrasi terhadap
sampel air sumur diperoleh volume H2SO4 0,02 N sebanyak 7,5 mL, untuk titrasi terhadap sampel air laut diperoleh
volume H2SO4 0,02 N sebanyak 2,75
mL dan untuk
titrasi terhadap sampel
air galon
diperoleh volume H2SO4 0,02 N sebanyak 7,95 mL. Dari data tersebut dapat dilakukan perhitungan terhadap kesadahan
tetapnya, diperoleh
kesadahan air sumur
sebesar 6,0 ppm CaCO3, kesadahan air laut sebesar 53,5 ppm CaCO3, dan kesadahan air galon sebesar 1,5 ppm CaCO3.
Tingkat
kesadahan dari ketiga sampel yang diteliti ini dapat diketahui, apakah tingkat
kesadahannya lunak, atau sangat sadah. Berikut ini adalah criteria selang kesadahan yang
biasa dipakai:
·
Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan
bahwa :
a.
Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b.
Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c.
Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d.
Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e.
Sangat sadah 180 ppm ke atas.
·
Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a.
Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b.
Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c.
Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d.
Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e.
Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke
atas.
·
Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a.
Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b.
Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c.
Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
d.
Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e.
Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.
· Standar
kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3.
Berdasarkan data
di atas, maka
tingkat kesadahan sementara
sampel air dapat digolongkan sebagai berikut. Sampel air sumur, air laut dan air galon, tergolong dalam kategori lunak dan sangat lunak (Sarisawa, 2009).
Dari hasil yang diperoleh, juga
dapat dilihat air laut memiliki kadar kesadahan yang paling tinggi
dibanding air sumur dan air galon.
Sebab Air laut merupakan campuran dari 96,5%
air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut,
bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman yang utama yang
terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat (8%),
Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium (1%) dan sisanya kurang dari 1% terdiri
dari Bikarbonat, Bromida, Ssam Borak, Strontium dan Florida (Yunias, 2011)
VII.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh
ion Cl-, NO3- dan SO42- yang dalam
garamnya berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2),
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4).
Di sebut kesadahan tetap karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya
dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus
dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
kesadahan sementara dari air sumur, laut dan air galon yaitu sebagai berikut:
·
Air sumur
: 6,0 ppm
·
Air Laut
: 53,5 ppm
·
Air galon
: 1,5 ppm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar