PERCOBAAN I
DEKOMPOSISI
THERMAL KARBONAT
I.
Tujuan
Mahasiswa dapat
mempelajari pendekomposisian natrium hidrogen karbonat melalui pemanasan dan
titrasi dengan menggunakan hidrogen klorida.
II.
Dasar Teori
Asam karbonat merupakan salah satu contoh senyawa yang
mengandung karbon. Terdapat dua jenis garam-garam karbonat yang dapat diperoleh
dengan cara netralisasi larutan asam karbonat yaitu: hidrogen bikarbonat HCO3-
yang diperoleh dari hasil parsial netralisasi dari karbonat CO32-
hasil dari netralisasi yang lengkap. Dalam percoban ini Mahasiswa akan
mendekomposisi NaHCO3 yang diketahui massanya menjadi Na2CO3
lalu menimbang beratnya kemudian massanya mnejadi Na2CO3
prediksi berdasarkan berdasarkan kuntitas awal NaHCO3 menjadi Na2CO3
dapat dihitung, larutan Na2CO3 dapat juga dititrasi
dengan HCl yang diketahui konsentrasinya untuk mendapatkan nilai kedua dari
massa Na2CO3 yang
dihasilkan dari dekomposisi thermal.
Perkembangan mengenai cara-cara bagaimana industri-industri memperoleh natrium karbonat mengilustrasikan betapa pentingnya factor – factor ekonomi dan lingkungan dalam proses kimia industry (Staf Pengajar Kimia Anorganik I, 2011).
Perkembangan mengenai cara-cara bagaimana industri-industri memperoleh natrium karbonat mengilustrasikan betapa pentingnya factor – factor ekonomi dan lingkungan dalam proses kimia industry (Staf Pengajar Kimia Anorganik I, 2011).
Jika dipanaskan, kebanyakan
karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida logam dan karbon
dioksida. Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti
kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut:
Pada Golongan
1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama –
menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat dari
unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi
lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
Stabilitas
termal hidrogenkarbonat
Hidrogen
karbonat Golongan 2 seperti kalsium hidrogenkarbonat sangat tidak
stabil terhadap panas sehingga hanya terdapat sebagai larutan. Setiap upaya
untuk mengeluarkannya dari larutan akan menyebabkan senyawa hidrogenkarbonat
tersebut terdekomposisi membentuk karbonat, karbondioksida dan air.
Sebaliknya,
hidrogenkarbonat Golongan 1 cukup stabil dalam wujud padat,
walaupun mudah terdekomposisi jika dipanaskan. Sebagai contoh, untuk natrium
hidrogenkarbonat:
Penjelasan kecenderungan
stabilitas termal
Disini kita akan
menjelaskan secara rinci tentang stabilitas termal senyawa-senyawa karbonat
karena diagram-diagram untuk karbonat lebih muda dibuat. Begitu juga dengan
senyawa-senyawa nitrat atau hidrogenkarbonat. Ada dua cara untuk menjelaskan
meningkatnya stabilitas termal semakin ke bawah Golongan. Cara yang sulit
berkenaan dengan energetika dari proses; cara sederhana adalah dengan melihat
kemampuan polarisasi dari ion-ion positif. Sebuah ion positif yang kecil
memiliki banyak muatan yang tertata dalam sebuah ruang yang bervolume kecil –
khususnya jika ion tersebut memiliki lebih dari satu muatan positif. Ion ini
memiliki kepadatan muatan yang tinggi dan memiliki efek distorsi yang besar
terhadap setiap ion negatif yang terdapat di dekatnya. (Clark, 2007).
III. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:
a.
Alat
-
Tabung reaksi
-
Penjepit tabung reaksi
-
Penangas listrik
-
Labu erlenmeyer
-
Gelas kimia
-
Pipet gondok 25 mL
-
Karet penghisap
-
Buret
-
Klem dan statif
-
Neraca digital
-
Rak tabung reaksi
-
Batang pengaduk
-
Botol semprot
-
Corong
-
Labu ukur 100 mL
-
Pipet tetes
-
Gelas ukur
b.
Bahan
-
Larutan HCl 0,1 M
-
Padatan NaHCO3
-
Indikator Metil orange
-
Aquades
IV. Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Dekomposisi Thermal NaHCO3
a.
Menimbang tabung reaksi yang kering dan
bersih.
b.
Menambahkan padatan NaHCO3 ke
dalam tabung reaksi, lalu menimbang padatan tersebut yang telah ditambahkan ke
dalam tabung reaksi kemudian mencatat massa dari NaHCO3.
c.
Memanaskan tabung tersebut diatas penangas
listrik dengan menggunakan penjepit tabung reaksi hingga akan terbentuk uap
yang mengumpul pada leher tabung reaksi.
d.
Membiarkan sejenak untuk mendinginkan (pada
temperatur kamar) tabung reaksi dan isinya dengan meletakkan tabung reaksi pada
rak tabung reaksi.
e.
Menimbang dan mencatat massanya dan hitung
massa dari padatan (Na2CO3 + NaHCO3 yang tidak
bereaksi).
2.
Titrasi Na2CO3 dengan
HCl
a.
Mencampurkan padatan Na2CO3
dengan aquades ke gelas kimia, kemudian memanaskannya di atas penangas listrik
sambil mengaduknya secara perlahan untuk melarutkan padatan Na2CO3.
b.
Setelah semua padatan Na2CO3
larut menuangkan larutan tersebut ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong
kaca, dan membilas gelas kimia tersebut untuk memastikan bahwa semua pada Na2CO3
telah ditransfer ke dalam labu ukur.
c.
Lalu menambahkan lagi aquades ke dalam labu
ukur hingga mencapai batas ukur pada labu ukur, lalu menutup dan mengocok labu
dengam cara membolak-balikkan untuk menghomogenkan larutan. Lalu mengambil 10
ml larutan Na2CO3 yang telah jadi, kemudian
mengencerkannya sampai 100 ml.
d.
Menyiapkan buret pada klem dan statif kemudian membilas buret dengan aquades, lalu mengisi
buret dengan larutan HCl hingga 50 ml. Lalu mencatat volume larutan dalam
buret.
e.
Menyiapkan 2 buah labu erlenmeyer, kemudian
memasukkan larutan Na2CO3 ke dalam labu erlenmeyer
masing-masing 25 ml dengan menggunakan pipet gondok 25 ml dan karet penghisap.
f.
Menambahkan 2 tetes indikator metil orange ke
dalam masing-masing erlenmeyer selanjutnya menitrasi dengan larutan HCl standar.
g.
Mencatat volume HCl yang dibutuhkan untuk
menitrasi larutan Na2CO3 pada masing – masing labu
erlenmeyer.
V.
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Dekomposisi
Thermal NaHCO3
-
Berat tabung reaksi
=
18,69 gram
-
Massa NaHCO3
yang ditambahkan =
1,06 gram
-
Berat tabung reaksi
+ NaHCO3 sebelum dipanaskan =
19,75 gram
-
Berat tabung reaksi
+ NaHCO3 setelah dipanaskan =
19,43 gram
-
Massa (Na2CO3
+ NaHCO3 yang tidak bereaksi) =
0,74 gram
2. Titrasi Na2CO3denganHCl.
-
Na2CO3
+ aquades lalu dipanaskan = Larutan bening
·
Titrasi I
-
Volume Na2CO3
= 25 ml
-
Volume HCl = 3,4 ml
-
Warna larutan sebelum
dititrasi = kuning
-
Warna larutan setelah
dititrasi = orange
·
Titrasi II
-
Volume Na2CO3
= 25 ml
-
Volume HCl = 3 ml
-
Warna larutan sebelumdititrasi
= kuning
-
Warna larutan setelah
dititrasi = orange
v Persamaan
Reaksi
-
2NaHCO3(s) ----------> Na2CO3(s)
+ H2O(l) + CO2(g)
-
Na2CO3(aq)
+ 2HCl(aq) -------> 2NaCl(aq) + H2O(l)
+ CO2(g)
v Perhitungan
1.
Dekomposisi Thermal NaHCO3
-
Mol NaHCO3
= Massa/Mr
= 10,6 gram/84 gr mol-1
= 0,013 mol
-
Mol Na2CO3
=
koef Na2CO3 x mol natrium karbonat/koef NaHCO3
= 0,006 mol
-
Massa Na2CO3
= n. Na2CO3 x Mr.
Na2CO3
=
0,006 mol x 106 gram/mol
= 0,636
gram
2.
Titrasi Na2CO3 + HCl
·
Erlenmeyer I
V. Na2CO3
x [Na2CO3] = V. HCl
x [HCl]
[Na2CO3] = 0,014 N
Massa Na2CO3 = [Na2CO3] x V. Na2CO3 x BE.
Na2CO3
= 0,014 N x 25 mL x 53 gram/mol
= 0,019 gram
·
Erlenmeyer II
V. Na2CO3 x [Na2CO3] = V.
HCl x
[HCl]
[Na2CO3]
= 0,012 N
Massa Na2CO3 = [Na2CO3]
x V. Na2CO3 x BE. Na2CO3
= 0,12 N x 25 mL x 53 gram/mol
= 0,016 gram
·
Rata-rata massa Na2CO3
hasil titrasi
= (Massa hasil titrasi I + Massa Hasil titrasi 2)/2
= 0,018 gram
VI.
Pembahasan
Asam karbonat merupakan salah satu contoh senyawa yang
mengandung karbon. Karbonat juga merupakan golongan I yang paling tidak larut
adalah litium karbonat. Dalam karbonat terdapat dua jenis garam-garam
karbonat yang dapat diperoleh dengan cara netralisasi larutan asam karbonat
yaitu, hidrogen bikarbonat HCO3- yang diperoleh dari
hasil parsial netralisasi dari karbonat CO32- hasil dari
netralisasi yang lengkap (Staf Pengajar Kimia Anorganik I, 2011).
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pendekomposisian natrium hidrogen karbonat
melalui pemanasan dan titrasi dengan menggunakan hydrogen klorida.
Pada perlakuan ini ada dua cara yang digunakan dalam mendekomposisi yaitu cara
gravimetri dan titrimetri. Gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif
berdasarkan penimbangan sedangkan titrimetri merupakan metode pengukuran
sejumlah volume pada titrasi (Pursitasari, 2011).
1.
Dekomposisi Termal NaHCO3
Pada
perlakuan pertama yaitu menimbang tabung reaksi kosong dengan menggunakan
neraca digital kemudian mencatat beratnya. Hasil yang didapatkan dari
penimbangan ini yaitu seberat 18,69 gram, kemudian memasukkan padatan NaHCO3
dalam tabung reaksi dan menghitung massa NaHCO3, hasil yang
didapatkan yaitu 1,06 gram, kemudian menimbang sebanyak 1,06 gram padatan NaHCO3
dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi sehingga diperoleh berat yaitu 19,75
gram. Kemudian tabung reaksi yang telah berisi padatan NaHCO3
dipanaskan diatas penangas listrik, sampai terbentuk uap yang berdasarkan
persamaan reaksi uap tersebut yaitu CO2. Kemudian uap yang yang
terbentuk didalam tabung reaksi tersebut dikeringkan diatas penangas, kemudian
tabung tersebut didinginkan. Tujuan pemanasan pada percobaan ini adalah untuk
mendekomposisi thermal karbonat dan untuk menguapkan H2O. Dimana dekomposisi termal karbonat merupakan teknik pemecahan
reaksi kimia, dimana senyawa tunggal memecah menjadi dua
atau lebih senyawa karbonat apabila dipanaskan, dan pada percobaan ini senyawa
tunggalnya yaitu senyawa NaHCO3 dan setelah dipanaskan,
senyawa ini memecah menjadi Na2CO3, gas CO2
dan H2O. Setelah
tabung reaksi dingin maka dilakukan lagi penimbangan, hasil yang didapatkan
dari penimbangan ini yaitu sebesar 19,43 gram, dan dapat dilihat adanya
perbedaan dari massa NaHCO3 sebelum dan sesudah pemanasan, yaitu
massa NaHCO3 sebelum dipanaskan yaitu 1,06 gram dan setelah
dipanaskan yaitu sebesar 0,74 gram. Adanya perbedaan hasil yang didapatkan
disebabkan karena pada saat pemanasan molekul-molekul air yang ada dalam NaHCO3
terlepas ke udara (Pursitasari, 2011).
Dari
persamaan reaksi dapat diketahui bahwa Pada
saat pemanasan NaHCO3 akan terurai melepaskan gas CO2 dan
H2O, sehingga yang tersisa hanyalah natrium karbonat dalam bentuk
padatan. Pada percobaan ini akan mendekomposisi NaHCO3 yang
diketahui massanya menjadi Na2CO3 lalu menimbang beratnya
kemudian membandingkan massa Na2CO3 prediksi berdasarkan
kuantitas awal dari NaHCO3. Massa NaHCO3 sebelum dan
sesudah dipanaskan berbeda dengan hasil yang ada secara teoritis. Pada
perhitungan massa Na2CO3, diperoleh hasil sebesar 0,636
gram, sedangkan massa Na2CO3 dari hasil pengamatan
sebelumnya didapatkan hasil yaitu sebesar 0,74 gram. Adanya perbedaan hasil
yang diperoleh disebabkan karena adanya kesalahan praktikan dalam melakukan
percobaan, diantaranya dalam melakukan pemanasan dimana NaHCO3 belum
terdekomposisi sempurna menjadi Na2CO3 ataupun
molekul-molekul air yang ada dalam NaHCO3 masih tersisa dan tidak
terlepas ke udara seluruhnya (Anonim,
2010)
2.
Titrasi Na2CO3 dengan
HCl
Titrimetri
merupakan metode pengukuran sejumlah volume pada titrasi. Pada Perlakuan ini,
yang pertama dilakukan yaitu melarutkan padatan Na2CO3 yang
berada pada tabung reaksi dengan aquades ke dalam gelas kimia, kemudian
melakukan pemanasan kembali, adapun tujuan dari pemanasan ini yaitu untuk
mempercepat proses reaksi pelarutan dan hasil larutannya berwarna bening karena
pada proses ini dilakukan pemanasan sehingga Na2CO3 dapat
larut dengan aquades walaupun reaksinya berlangsung lambat, yang menandakan
bahwa Na2CO3 larut dalam air. Berdasarkan literatur, Na2CO3
bila ditambahkan dengan H2O, larutan menjadi keruh atau kurang
larut. Adapun hasil pada percobaan ini sama dengan literatur, akan tetapi pada
saat dipanaskan, larutan menjadi bening. Hal ini dikarenakan Karbonat dari unsur-unsur
selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun
pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi
lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan (Clark, 2007).
Kemudian
larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur dan mengencerkannya dengan
menambahkan aquades sampai batas ukur dari labu tersebut kemudian mengocoknya,
adapun tujuan dilakukan pengocokan yaitu agar larutan tersebut cepat bercampur
dan menghomogenkan larutan tersebut.
Pada
perlakuan selanjutnya yaitu memasukkan larutan Na2CO3 ke
dalam dua labu erlenmeyer masing-masing 25 ml dan menitrasinya dengan larutan
HCl, larutan HCl dalam percobaan ini merupakan larutan standar, yaitu
larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti. Pada titrasi dipakai
larutan asam yaitu HCl karena HCl disini bersifat asam kuat yang dapat
menitrasi Na2CO3 yang bersifat basa lemah, dimana senyawa
ini berasal dari natrium (Na) yang merupakan basa kuat dan CO2 yang
merupakan asam lemah. Kemudian ke dalam masing-masing labu erlenmeyer 1
dan 2, ditambahkan dengan beberapa tetes indikator metil orange dan diperoleh
warna larutan pada masing-masing erlenmeyer sebelum dititrasi yaitu berwarna
kuning, dan setelah dititrasi larutannya berubah menjadi warna orange, adanya
perubahan warna ini menandakan bahwa titik akhir titrasi suatu titrasi telah
dicapai. Adapun tujuan penambahan indikator metil orange yaitu untuk
mengetahui bahwa titik akhir titrasi telah tercapai dengan ditandai adanya
perubahan warna pada larutan yang dititrasi dimana metil orange mempunyai
trayek pH 3,1 - 4,4 yang bersifat asam dan disini Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa lemah maka pada
percobaan ini menggunakan indikator metil oranye. Karena dalam melakukan
titrasi kita harus menggunakan indikator yang berubah warna disekitar titik
ekivalen dari titrasi. Adapun hasil yang diperoleh, untuk titrasi
pertama volume HCl yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan Na2CO3
sebesar 3,4 mL, dan titrasi kedua volume HCl yang dibutuhkan untuk menitrasi Na2CO3
juga sebesar 3 mL.
Dari
hasil volume titrasi dapat dilihat bahwa hasil berat kristal Na2CO3
berbeda dari hasil titrasi dan gravimetri hal ini disebabkan karena
konsentrasi Na2CO3 sangat kecil sehingga berat Na2CO3
yang diperoleh juga kecil. Berdasarkan perhitungan dari proses titrasi massa
rata-rata Na2CO3 didapatkan hasil 0,018 gram (Anonim, 2010).
Dari kedua
metode yang digunakan diatas, dapat dilihat kestabilan termal dari kedua
senyawa tersebut. Dimana Na2CO3 lebih stabil dibanding
NaHCO3. Hal ini disebabkan semakin kecil ion positif, semakin tinggi kepadatan
muatan, dan semakin besar efek yang akan ditimbulkan terhadap ion karbonat.
Semakin ke bawah Golongan, ion-ion positif semakin besar sehingga memiliki efek
yang lebih kecil terhadap ion-ion karbonat di dekatnya. Sebagai konsekuensinya,
lebih banyak panas yang diperlukan untuk melepaskan karbon dioksida dan
membentuk oksida logam. Polarisasi hidrogenkarbonat (NaHCO3) sama
persis seperti karbonat. Ion-ion positif yang kecil di bagian atas Golongan
lebih kuat dalam mempolarisasi ion hidrogenkarbonat dibanding ion-ion positif
yang lebih besar di bagian bawah golongan. Dan lagi-lagi, senyawa-senyawa
Golongan 1 memerlukan lebih banyak panas dibanding senyawa Golongan 2 karena
ion-ion Golongan 1 memiliki efek polarisasi yang lebih kecil (Clark, 2007).
VII.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Natrium hidrogen karbonat bersifat tidak
stabil pada proses pemanasan karena dapat terdekomposisi membentuk
senyawa-senyawa Na2CO3, H2O dan gas CO2.
2.
Na2CO3 dititrasi dengan
larutan HCl akan membentuk senyawa-senyawa NaCl, H2O dan gas CO2.
Daftar Pustaka
.
Anonim. 2010. Dekomposisi Thermal Karbonat. (http://putrikeongdanpangerankudaputih.blogspot.com/2010/10/pembuatan-natrium-tiosulfat.html). Diakses tanggal 23 November 2011.
Clark, Jim.
2007. Beberapa Senyawa Dari Unsur
Unsur Golongan 1. (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/unsur-unsur-golongan_1/beberapa_senyawa_dari_unsur_unsur_golongan_1/). diakses tanggal 23 November 2011
Pursitasari,
Indarini Dwi. 2011. Kimia Analisis
Kuantitatif. Universitas Tadulako. Palu.
Staf Pengajar
Kimia Anorganik I, 2011. Penuntun
Praktikum Kimia Anorganik I. Universitas Tadulako. Palu.
LAMPIRAN
1.
Tuliskan reaksi yang terjadi pada tahapan D1 dan D2.
2.
Dalam tahapan D2 mengapa sangat penting untuk mentransfer
semua Na2CO3 yang terdapat pada tabung reaksi ke labu
volumetrik.
3.
Bandingkan kedua metode perhitungan massa Na2CO3
pada tahapan D1 dan D2.
Jawaban
1.
D1.
2NaHCO3(s)
Na2CO3(s)
+ H2O(l) + CO2(g)
D2.
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq)
2NaCl(aq) + H2O(l)
+ CO2(g)
2.
Karena, agar berat dari Na2CO3
yang diperoleh nantinya akan maksimal, dimana tidak ada lagi sisa-sisa Na2CO3
pada tabung reaksi.
3.
Pada perlakuan ini ada dua cara yang
digunakan dalam mendekomposisi yaitu cara gravimetri dan titrimetri. Gravimetri
merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan penimbangan sedangkan
titrimetri merupakan metode pengukuran sejumlah volume pada titrasi. Dari hasil
yang diperoleh, metode yang paling baik dilakukan yaitu metode gravimetri
karena hasil yang diperoleh lebih mendekati. Hal ini juga dikarenakan NaHCO
yang digunakan berbentuk padatan.
Keren.....
BalasHapusThx iLmunya. . . . .