Argentometri adalah suatu proses
titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3) sebagai
larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3
digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis
garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat
memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan
reaksi berikut ini :
NaX + Ag+ --> AgX + Na+ (X = halida)
NaX + Ag+ --> AgX + Na+ (X = halida)
KCN + Ag+ --> AgCN + K+
KCN +
AgCN --> K{Ag(CN)2}
Garam
AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO3 0,1
N dapat dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter
aquades.
Seperti halnya pada proses titrasi
netralisasi, pada proses argentometri pun dapat digambarkan proses titrasinya
meskipun pembuatan kurva ini tidak dimaksudkan untuk memilih dan menentukan
jenis indikator yang akan digunakan untuk menentukan saat tercapainya titik
ekivalen, sehingga untuk pembuatan kurva ini sebagai ordinatnya bukan lagi
besarnya pH larutan melainkan besarnya pAg atau pX dalam larutan.
Argentometri termasuk salah satu
cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan. Cara analisis ini biasanya
dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion tiosianat serta
ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya. Dalam titrasi
argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir atau titik
ekivalen, yaitu :
1.
Dengan cara Liebig
Dalam titrasi argentometri yang
disebut dengan titrasi pembentukan kompleks adalah titrasi terhadap larutan
garam sianida. Proses ini mula-mula dikemukakan oleh Liebig pada tahun 1851,
akhirnya dikenal sebagai titrasi argentometri cara Liebig. Apabila ke dalam
larutan garam sianida ditambahkan larutan AgNO3 mula-mula akan
terjadi endapan putih dari garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan
masih terdapat kelebihan ion sianida maka apabila larutan tersebut
digoyang-goyang, endapan AgCN yang telah terbentuk akan segera larut kembali
karena terjadinya garam kompleks dari logamnya yang cukup stabil, sesuai dengan
persamaan reaksi berikut ini :
KCN
+ AgNO3 -->
AgCN + KNO3
2KCN +
AgCN -->
K2{Ag(CN)3}
Apabila semua ion CN-
dalam larutantelah membentuk ion kompleks {Ag(CN)2}- ,
kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit larutan AgNO3
akan sesgera terbentuk endapan yang stabil (permanen) dari garam kompleks
argentum disianoargentat (I) sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
K{Ag(CN)2} +
AgNO3 -->
Ag{Ag(CN)2} + KNO3
Dalam hal ini jelaslah bahwa pada
titrasi argentometri terhadap ion CN-, tercapai titik ekivalen
ditandai dengan terbentuknya endapan (kekeruhan) permanen dari garam kompleks
Ag{Ag(CN)2}.
Titrasi argentometri secara Liebig
ini tidak dapat dilakukan dalam suasana ammoniakal, karena garam kompleks
Ag{Ag(CN)2} dalam larutan ammoniakal akan larut menjadi ion kompleks
diammin.
Ag{Ag(CN)2} + 4NH3 -->
2{Ag(NH3)2}+ +
2CN-
2.
Dengan pembentukan endapan berwarna
(metode Mohr)
Dalam cara ini, ke dalam larutan
yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium kromat (K2CrO4)
sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan
kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan
reaksi :
CrO42- +
2Ag+ --> Ag2CrO4
Untuk menghindari terjadinya
pengendapan perak kromat sebelum pengendapan perak halida sempurna, maka
konsentrasi ion kromat yang ditambahkan sebagai indikator harus sangat kecil,
umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan berkisar 3.10-3 M hingga 5.10-3 M.
3.
Dengan cara pembentukan ion kompleks
berwarna (metode Volhard)
Dalam cara ini, larutan standard
perak nitrat ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan analit, kemudian
kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan standard amonium atau kalium
tiosianat dengan menambahkan ion feri
(Fe3+) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion feri akan bereaksi
dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk ion kompleks {Fe(SCN)6}3-
yang berwarna coklat.
X
+ Ag+ -->
AgX + Ag+ sisa
Ag+ sisa +
SCN- -->
AgSCN
Fe3+ +
6 SCN- -->
{Fe(SCN)6}3-
4.
Dengan menggunakan indikator
adsorpsi (metode Fajans)
Titik akhit titrasi dalam titrasi
dengan cara ini ditandai dengan berubahnya warna endapan AgX sebagai akibat
dari adanya adsorpsi endapan AgX terhadap pereaksi pewarna yang ditambahkan.
Indikator yang sering digunakan adalah fluorescein dan eosin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar